Sabtu, 11 Februari 2012

INIKAH PERANG SELANJUTNYA TERHADAP ISLAM

MASIH membekas dalam benak kita betapa perihnya tragedi kemanusiaan terbesar sepanjang sejarah dunia. Perang Dunia II yang berlangsung tahun 1939-1945 di mana melibatkan lebih dari 100 juta personel berakhir dengan Sekutu sebagai pemenang secara militer, sedangkan perang politik dan ideologi masih terus berlanjut ke dalam arena baru, yang dinamakan dengan Perang Dingin, yakni antara Blok Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat dengan Blok Timur di bawah Uni Soviet. Blok Barat membawa ideologi liberalis-kapitalis sedangkan Blok Timur membawa ideologi sosialis-komunis. Pada tahun 1980-an, Amerika Serikat unggul atas Uni Soviet, hingga pada akhirnya pada tahun 1991 Perang Dingin selesai dengan ditandai runtuhnya ideologi komunisme. Inilah yang dinamakan dengan fenomena dominasi, yakni dua kekuatan besar dunia akan saling berbentur hingga pada akhirnya muncullah satu kekuatan sebagai pemenang.
Setelah berakhirnya Perang Dingin, runtuhnya Soviet dan dicampakkannya komunisme, maka telah menciptakan “vakum (kekosongan) ancaman” yang menyebabkan dunia Barat mencari musuh-musuh baru. Jika rentang tahun 1945 hingga 1991 dua kekuatan besar dunia itu adalah Barat dengan ideologi liberal-kapitalisnya dan Uni Soviet dengan sosialis-komunisnya. Maka siapakah kini dua kekuatan besar dunia pasca runtuhnya komunis ? Jawabannya adalah Barat dan Islam. Sebuah tesis dari pakar politik Harvard University, Samuel P. Huntington menyebutkan adanya Clash of Civilization (benturan peradaban) antara Peradaban Barat dengan Islam. Hal ini juga dikuatkan oleh Menteri Luar Negeri Italia menjelang persidangan NATO di London yang mengatakan, “Perang Dingin antara Barat dengan Timur (komunis Uni Soviet) telah berakhir, tetapi timbul lagi pertarungan baru, yaitu pertarungan antara Dunia Barat dan Dunia Islam.”
Jutaan kaum Muslimin di Asia Tengah yang sebelumnya terpuruk di bawah kezaliman komunis Soviet, kembali menemukan jati dirinya sebagai Muslim dan berupaya mengekspresikannya sekaligus menjadikan Islam sebagai ideologi alternatif pengganti komunisme. Dalam artikel yang berjudul “Karl Max Makes Room for Muhammad” di majalah Time edisi 12 Maret 1990, juga menyebutkan bahwa negara-negara Asia Tengah anggota federasi Uni Soviet seperti Azerbaijan, Tajikistan, Kazakhstan, Turkmenistan, Uzbekistan, Kirghizstan kini berpenduduk mayoritas Islam (antara 50% hingga 90%). Jelas ini merupakan salah satu tanda bahwa Ideologi Islam mulai kembang subur di kancah dunia.
Inikah perang dingin selanjutnya?
Peradaban Islam merupakan ancaman besar bagi Peradaban Barat. Islamlah yang pernah mengalahkan Barat pada Perang Salib silam (1096-1291 M), dan dari sini tentu menimbulkan dendam kesumat Barat terhadap Islam. Epistemologis Islam jelas berbeda sekali dengan epistemologis barat. Epistemologis Islam menempatkan Tuhan (red: Allah) sebagai pusat, atau disebut juga dengan istilah Teosentris. Sedangkan epistemologis Barat menempatkan manusia sebagai pusat tatanan, disebut dengan istilah Antroposesntris, sehingga konsep-konsep Barat bersumber dari inspirasi humanistik rasional. Ambil contoh dalam memandang hakikat kebenaran. Epistemologis Islam memandang jika kebenaran mutlak bersumber dari Tuhan (wahyu), karena rasionalitas manusia itu terbatas sehingga tidak semua kebenaran bisa dibuktikan secara rasional. Dan hingga kini, Al-Qur’an terus dan akan tetap sejalan dengan perkembangan sains, karena Al-Qur’an merupakan wahyu Tuhan yang otentik. Sedangkan Barat memandang kebenaran secara materialis-empiris (tampak dan terbukti). Hal ini dikarenakan Barat mengalami tragedi spiritual yang amat buruk, di mana para ilmuwan sains pada tahun 1600-an M (seperti Galileo dan Copernicus) dihukum karena dianggap telah menentang Gereja, sehingga komunitas ilmuwan akhirnya sepakat bahwa kebenaran sejati akan didapat jika mereka berlepas diri dari dogma Gereja dan menggunakan rasionalitas mereka untuk membuktikan kebenaran secara empiris.
Perbedaan Islam dan Barat jelas akan menimbulkan benturan hebat dalam peradaban dunia seperti yang disebutkan Samuel P. Huntington. Salah satu akibatnya, negara-negara dunia yang men-declare sebagai negara Islam atau negara dengan mayoritas penduduk Islam akan cenderung menolak sistem Barat. Dan  telah kita ketahui bersama bahwa potensi energi dunia tersimpan di rahim bumi negara-negara Islam, sehingga dalam konteks ini hasrat barat untuk menguasai minyak bumi menjadi terhambat.
Selain itu, penyebab permusuhan Islam dengan Barat adalah kesalahpahaman Barat dalam memahami Islam. Barat pada umumnya mempelajari dan memahami Islam dari buku-buku para orientalis, sedangkan para orientalis mengkaji Islam dengan tujuan untuk menimbulkan miskonsepsi terhadap Islam, selain adanya motif politis yaitu untuk mengetahui rahasia kekuatan umat Islam yang tidak lepas dari ambisi imperialis Barat untuk menguasai dunia Islam. Hal ini diperparah dengan sajian media yang menampilkan bukan “Islam kebanyakan” (Sunni), melainkan Islam Syi’ah (Iran) yang hanya dianut oleh sekitar 10% kaum Muslimin dunia. Akbar S Ahmed menuliskan, “Syi’ah menjadi perwakilan Islam di media Barat.” Dan seperti kita ketahui bersama bahwasanya Iran ialah negara yang lantang menentang Barat, dan akibatnya sejak tahun 1980 hingga kini Iran telah diembargo oleh Barat. Iran kini terisolasi dari dunia luar, terislolasi dari akses ekonomi dunia dan teknologi modern, namun dari sini Iran justru menunjukkan bahwa negerinya bisa bangkit secara mandiri dan independen tanpa adanya dunia Barat.
Is it the next Cold War ? Kini permusuhan itu semakin nyata. Adanya konflik Palestina yang menguras banyak air mata umat Islam di penjuru dunia menjadi bukti nyata perseteruan itu. Israel tetap mendapatkan dukungan Barat (AS) ketika Zionis Yahudi sekuat tenaga menghalangi terbentuknya negara Palestina merdeka. Barat juga berusaha membasmi gerakan-gerakan Islam seperti Hizbullah di Lebanon, Ikhwanul Muslimin di Mesir, Islamic National Front di Sudan, Partai Front Keselamatan Islam (FIS) di Aljazair, Taliban di Mesir, termasuk turut campur dalam revolusi Timur Tengah yang terjadi belakangan ini. Barangkali Barat khawatir akan pernyataan seorang orientalis bernama W.K Smith yang mengatakan bahwa, “Apabila orang Islam diberikan kebebasan di dunia Islam serta hidup di bawah sistem demokrasi , maka sesungguhnya Islam akan mendapat kemenangan di negara-negara tersebut. Hanya dengan cara diktator sahaja yang boleh memisahkan antara umat Islam dan agamanya”.
Banyak negara Barat yang terjangkit islamofobia (ketakutan pada Islam). 1 Juli 2009 lalu, sebuah peristiwa yang memilukan hati, menguras perasaan dan mengiris nurani. Namanya Marwa El-Sherbini, seorang ibu yang tengah mengandung janin 3 bulan asal Mesir. Ia bersama suaminya tinggal di German. Awalnya kehidupan berlangsung wajar. Tapi setelah pindah ke kota Dresden, ternyata kota itu tidak ramah bagi wanita berjilbab. Di depan umum, Marwa didicaci maki dan ditarik kerudungnya oleh seseorang yang bernama Alex W, seorang keturunan Rusia. Tak ada satupun orang yang menolong Marwa. Karena kelakuannya tersebut, Alex dihukum. Setelah lepas dari hukumannya, Alex mengajukan gugatan balik kepada Marwa, saat memberikan kesaksiannya di persidangan, ia di tikam 18 kali dalam 30 detik oleh Alex di depan suami dan anaknya, yang lebih memilukan lagi ibu itu tengah mengandung 3 bulan. Suaminya yang ingin menolong, ternyata justru ditembak oleh polisi persidangan.  Entah itu karena disengaja ataupun meleset, motif penembakan tersebut sampai kini belum terkuak. Betapa peristiwa ini sangat memilukan hati umat muslim sedunia, pembunuhan memeras hati yang berkedok islamofobia. Oleh karenanya, warga Mesir dalam beberapa periode melakukan demo besar-besaran, dan kabar ini menjadi headline di media masa Mesir. Sementara Eropa, khususnya German yang selama ini menggaung-gaungkan HAM dan demokrasinya hanya bungkam seribu bahasa. Dan pada hari itu diperangati sebagai hari Jilbab sedunia.
Agaknya memang sudah menjadi keniscayaan jika kebenaran dan kebatilan itu akan terus berseteru. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an QS. Al-Baqarah:
120, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka…” dan dalam QS. Al-Baqarah: 217 yang menyebutkan, “…Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran)…”.

Sabtu, 03 Juli 2010

Mengapa Rasulullah SAW Tersenyum Cetak E-mail
Ditulis oleh Agung Kusuma, BIFB (Hons) dari PesantrenVirtual.com

Rasulullah SAW adalah contoh pribadi yang agung, pribadi yang mulia. Beliau diutus sebagai rahmatan lil’alamin, rahmat bagi semesta alam. Beliau adalah penutup para Nabi dan contoh bagi semua manusia.

Hal yang menarik adalah kenapa Rasulullah selalu tersenyum, walaupun beliau dihina dan dicaci maki oleh kaumnya, bahkan ingin dicelakakan oleh sebagian orang. Artikel ini akan membahas panjang lebar tentang hal menarik ini.

Pertama, Rasulullah mengemban misi yang besar. Masih banyak hal-hal yang harus difikirkan dan diselesaikan dihadapannya. Masalah ummat dan penyebaran agama yang menguras banyak tenaga dan waktu harus dilaksanakannya demi tercapainya hal besar tersebut. Sungguh remeh apabila Beliau goyah jika ada hal kecil yang menghambat perjuangannya. Di depan mata Beliau terdapat berjuta planning dan harapan yang harus dicapainya untuk jangka waktu yang Beliau rancang. Harapan dan cita-cita harus Beliau tuntaskan bersama para sahabat-sahabatnya. Apabila masalah kecil itu menggetarkan langkahnya maka misi agung itu tidak akan tercapailah seperti sekarang ini. Harapan dan cita-cita Beliau mengalahkan berjuta cercaan dan hinaan yang dihujamkan kepada insan yang mulia ini.

Kedua, Rasulullah saw adalah pribadi yang agung. Seorang yang berkepribadian agung mempunyai jiwa yang besar. Seorang berjiwa besar akan mudah memaafkan kesalahan orang lain, karena hatinya yang luas bagaikan samudra. Seperti dikutip dari perkataan Aa’ Gym jiwa orang yang besar ibarat sebuah lapangan yang amat luas, apabila terdapat ular dan binatang berbahaya lainnya masih ada lahan lapangan yang lainnya untuk bergerak, sebaliknya jiwa orang yang kerdil akan merasakan sesak apabila terdapat sedikit saja gangguan bagi dirinya, orang lebih sedikit dari dia adalah cobaan baginya, tersinggung sedikit adalah besar baginya, dan masalah kecil ia besar-besarkan. Rasulullah adalah contoh tauladan dalam jiwa yang agung. Beliau adalah orang yang pemaaf dan mudah memaafkan. Beliau marah apabila hak Allah di injak-injak. Dalam suatu riwayat dikatakan dari Aisyah ra: “Ketika aku meletakkan gambar diruanganku aku melihat wajah Rasulullah merah padam dan beliau berkata: “Wahai Aisyah, orang yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah orang yang membuat sesuatu menyerupai makhluk Allah.” (H.R. Muttafaqq Alaih) Begitulah ketegasan Rasulullah dalam menegakkan hak-hak Allah. Apabila Beliau dihina Beliau bersabar dan apabila hak Allah dipermainkan maka wajah beliau merah padam.

Ketiga, senyum adalah lambang pribadi yang optimis dan positif. Rasulullah adalah insan yang mulia. Manusia terbaik dimuka bumi ini sejak adanya. Beliau adalah pemimpin agung. Mustahillah seorang pemimpin itu mencontohkan kepesimisan. Beliau ingin mencontohkan keoptimisan dalam menggapai cita-cita bagi seluruh ummatnya. Karena Beliau ingin ummatnya optimis menggapai cita-cita mereka yang mulia. Dan juga senyum melambangkan pribadi yang positif, tidak ada gunanya marah apabila Beliau membalas kejahatan orang Yahudi yang melukainya, karena itu akan membuang tenaga Beliau saja dan masih banyak tugas Beliau di hadapan dan akan sia-sia untuk suatu perkara yang remeh. Apabila kita marah sebenarnya yang rugi adalah kita. Termakan tenaga dan waktu untuk memikirkan batu kerikil-batu kerikil tersebut. Oleh karana itu Allah mengatakan dalam Kitab-nya “Katakanlah wahai Muhammad: “Matilah dengan kemarahan kalian” bagi ‘Bithanatan Min Dunikum’ yaitu golongan yang apabila kalian terkena musibah mereka akan merasakan senang dan apabila kalain mendapatkan kenikmatan hati mereka akan sakit, maka marah adalah penyebab yang tepat untuk kematian mereka. (QS. Ali Imran:118-120)

Begitulah suri teladan dalam diri Rasulullah, seorang insan yang agung. Demikianlah tatkala seorang buta Yahudi di pinggiran kota Madinah mencaci maki Beliau, mengatakan Beliau gila, tetapi Beliau dengan santun menyuapkan kepalan nasi ke mulut orang tua tersebut. Juga kisah seorang Yahudi yang sengaja menagih uangnya lebih dari waktu yang mereka janjikan, yang dia sengaja membuat Beliau marah, tetapi beliau hanya tersenyum. Dan, juga kisah seorang Yahudi yang selalu meludahkannya pada setiap pagi, tetapi disaat ia sakit ternyata Rasulullah-lah orang yang pertama kali mengunjunginya. Sungguh Muhammad Engkau berkepribadian agung.